Advertisement

Kelezatan Akal Mengalahkan Pernak Pernik Dunia

Keistimewaan manusia dari makhluk lainnya adalah diberikannya anugrah akal, Alquran menyebutkan: sungguh , kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya (surah at-Tin ayat 4) Di sini Alquran menggunakan kata Taqwim; sebaik-baik bentuk, Ibn Asyur menafsirkan Taqwim di sini adalah penciptakan akal (taqwim al aql) bukan penciptaan rupa manusia (taqwim al -surah).

Dari sini Allah memberikan taklif (pembebanan) kepada manusia berupa perintah, larangan dan takhyir  yang dapat dipahami melalui istiqrak terhadap dalil syari'.  Perintah Allah ini diemban oleh  mukallaf yaitu manusia yang memiliki syarat ahliyyah (kelayakan) untuk menjalankan taklif dari Allah Swt. 

Syarat ahliyah memasukkan peran akal di dalamnya, apabila berkurang akal dan hilang akal akan menjadi penghalang dari ahliyyah tersebut ('awaridh ahliyyah). dengan demikian akal menjadi penentu kemuliaan dan hubungan yang trasenden antara manusia dan Tuhan (Hablum Minallah)

Setelah itu, manusia mulai melatih akalnya agar benar-benar menikmati kelezatan akal( Iltizazan aqliyatan) agar agama ini dapat terus dijaga dengan pondasi ilmu dan akal. Pertanyaannya bagaimana manusia bisa merasakan kelezatan akal apabila sudah terkena petaka lezatnya materi berupa harta, popularitas, kekuasaan. 

Jika lingkungan sehari-hari  selalu membincang hal-hal semacam ini, inilah racun berbahaya dan oh betapa jahiliyahnya. Akhirnya eksplorasi terhadap akal yang diberikan oleh Allah tidak bisa dilakukan secara sempurna, tidak lagi lezat jika ketika menyebut Nama Allah dan Rasulnya dan  tidak betah menghadiri majlis-majlis ilmu kecuali majlis weuk peng. Nah. 








Posting Komentar

0 Komentar