Advertisement

Beureunuen dan Martabak Mesir

Saya baru saja tiba di Beureunuen yang ramai. Bandar atau tempat dagang paling gegap gempita di Pidie. Sepanjang perjalanan dari Luengputu, Bandar Baru memang kendaraan terus saja berlalu lalang dari dan ke Banda Aceh menuju arah Medan.


Saya berhenti di dekat sebuah gerobak martabak Mesir, agak terpisah dengan  gerobak makanan lainnya. Persis seperti di gang Darrasah, Kairo ketika saya membeli roti Isy seharga 1,5 Egypt Pound beberapa tahun lalu.
Peu neubloe Teungku, seorang pedagang bermisai tak beraturan bertanya dengan panggilan Teungku, ia seperti menyelidik, melihat stelan busana yang saya pakai. 
Saya membeli satu paket martabak Mesir.  Memang dilema membaca martabak Mesir, faktanya lebih kurang 5 tahun saya tinggal di Mesir, tapi tidak pernah merasakan martabak Mesir ini.

Sungguh nama dan brand sudah menjadi sesuatu yang mahal hari ini. Tentu saja tidak sebatas makanan saja. Perguruan tinggi yang telah memiliki nama dan list terbaik tapi memiliki lulusan berkapasitas rendah dapat tertutupi karena berasal dari Universitas ternama, ada juga lulusan Perguruan tinggi yang tidak masuk list terbaik tapi mampu bersaing dengan lulusan lainnya.

Satu bungkus martabak Mesir spesial telah siap, nyoe teungku, teurimong gaseh. Penjual menyerahkan pesanan martabak Mesir kepada saya, dengan sigap saya menerimanya.

Sungguh hebat, Beuruenuen menjelma memasuki ruang yang tidak lagi lokal lewat makanan, ada kebab Turki, Martabak Mesir.

Ada masjid Abu sebagai peluangnya, sebagai titik pertemuan masa dulu dan masa depan. ada tokoh tokoh historis, Ada kampung yang merujuk bagaimana ruang silaturrahmi dulu dibangun melalui kampung Adan dan Yaman, merujuk ke negeri Hadramaut, tempat bermukimnya para Habaib, pembawa  risalah dakwah hingga ke Nusantara.
Dari sini, ada pelajaran, sebagaimana disebut oleh ulama besar Betawi, Almuallim Kiai Syafii Hadzami: bahwa kita tidak hanya selesai dengan kenyang makanan saja ( troe pruet) tapi kenyang terhadap ilmu ( troe ilmee) secara tuntas dan seimbang, jika tidak maka kita akan terus berkelahi dan meupake.

Posting Komentar

0 Komentar