Beberapa hari lalu masyarakat dunia kembali mengenang 17 tahun Tsunami yang
melanda Aceh dan sekitarnya. Sebelumnya lagi, di pulau Jawa baru saja terjadi
musibah alam berupa erupsi gunung Semeru, banjir besar juga melanda Kuala Lumpur dan sekitarnya.
Rentetan peristiwa ini mesti menyadarkan
kita bahwa dunia terus menghadapi perubahan iklim dari waktu ke waktu.
Berangkat dari realita ini, para pemimpin
agama secara berterusan menyerukan keprihatinan mengenai perubahan iklim dan
berbagai dampaknya. Grand Syekh Al Azhar, syekh Ahmad Tayeb misalnya mengingatkan
bahwa berbagai bencana banjir dan naiknya suhu bumi yang menyebabkan ribuan
korban jiwa jelas disebabkan oleh krisis perubahan iklim. Syekh Azhar menyerukan tindakan serius untuk melawan
krisis perubahan iklim. Kegelisahan ini cukup beralasan karena akibat perubahan
iklim telah menjadi masalah hidup yang langsung dirasakan masyarakat.
Pemimpin Gereja Katolik Paus Fransiskus
menyeru hal sama. Beragam bencana alam yang terjadi di Eropa dan belahan dunia
lain menjadi perhatian serius. Dalam kesempatan peringatan Hari Bumi 2021, Paus
Fransiskus mengingatkan bahwa pandemi Covid-19 dan krisis lingkungan menjadi
pengingat bahwa tidak ada lagi waktu yang memadai untuk bersikap santai
menghadapi krisis perubahan iklim.
Seruan para pemuka agama ini menjadi
pengingat penting bahwa krisis perubahan iklim bukan lagi masalah yang berada
di meja perundingan. Musibah kekeringan, banjir, dan bencana alam lainnya diperkirakan
bisa memperbesar risiko kemiskinan dan bencana kemanusiaan secara global.
Selanjutnya, sebagai respon serius
masyarakat dunia terhadap perubahan iklim telah diadakan pula konferensi
perubahan iklim (Conference on Parties/COP) ke-26 di Glasgow, Skotlandia
31 Oktober – 12 November. COP26 dihadiri 197 pihak, terdiri dari para pemimpin negara, Non
Government Organisation (NGO), aktivis, dan korporasi terkemuka dunia.
Isu-isu utama yang berkembang dalam COP-26 di antaranya adalah kesepakatan
target interim dan jangka panjang mengenai penurunan emisi gas rumah kaca,
keterbukaan tindakan pengelolaan lingkungan, dan kesepakatan fondasi sistem
keuangan berkelanjutan. Sementara itu, Indonesisia memiliki rencana penting tahun 2022 yaitu
persiapan menyelenggarakan agenda global
KTT G-20. salah satu isu yang akan diangkat nantinya adalah perubahan iklim.
Secara historis, perubahan iklim telah
terjadi pada umat terdahulu, seperti masa Firaun, sekian ribu tahun yang lalu.
Allah berfirman; Allah berfirman: "Dan sesungguhnya Kami telah menghukum
(Firaun dan) kaumnya dengan musim kemarau yang panjang dan kekurangan
buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran. (Al-A’raf ayat 130). Kita
juga mesti ingat bagaimana iklim yang tenang membawa kemaslahatan dalam kehidupan
manusia, Dalam surah Quraisy, Allah menceritakan tentang kebiasaan orang-orang
Quraisy yang bepergian di musim dingin dan panas untuk mendapatkan makanan dan
rasa aman. Bayangkan seandainya musim berubah dan orang tak bisa lagi
menjadikan musim dengan teratur, sebagai perangkat mendapatkan makanan dan rasa
aman. Dalam surah Quraisy rasa aman dimaksudmuncul karena adanya keteraturan
musim. Keteraturan yang membuat kita tahu kapan harus menanam, memanen,
memperdagangkannya, dan lain sebagainya.
Di sisi lain Alquran menegaskan bahwa
kerusakan di bumi sejatinya ada campur tangan manusia, Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar (al-Rum: 41) ) Ayat ini
hendaknya menjadi pengingat akan spirit pengelolaan bumi, mengisinya dengan
ibadah kepada Allah, wa ma khalaqtul jinna wal insa illa liyakbudun,
artinya; tidak aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah
(al-Zariat: 56).
Perubahan iklim telah menjadikan sebagian
manusia tertekan, stress dan penuh ketakutan. Islam memiliki kaidah bagaimana
seharusnya bersikab. Dalam surah
al-Baqarah: 155-156 Allah berfirman: Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan
sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang
yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata Inna lillahi wa inna ilaihi
raji‘un.
Di tengah iklim yang tidak menentu, justru
ibadah harus dilakukan semakin giat dengan memperhatikan kaidah-kaidah hukum. Ada
keringanan yang Allah berikan
sebagai bagian rahmatnya, tetapi dengan tidak mengurangi esensi dari perintah
Allah itu sendiri. Islam memiliki aturan tersendiri tentang bagaimana ibadah dalam
keadaan darurat. Dari sisi agama, perubahan iklim harus disikapi secara arif,
bagaimanapun muslimin tidak boleh
meremehkan ibadahnya, baik ibadah kepada Allah (hablum minallah) mapun
ibadah dalam hal menjaga hubungan sesama manusia, keluarga istri dan masyarakat
(hablum minan nas)
Perubahan iklim telah memantik rasa kemanusiaan
antar negara, misalnya apa yang telah diberikan kaum muslim sedunia ketika
menghadapi pandemi covid 19 yang melanda, melalui sedekah antar sesama. Ada
saudara seiman yang sangat membutuhkan bantuan, tanpa peduli akan sekat-sekat
dan status sosial. Di Aceh sendiri peringatan Tsunami yang dilakukan setiap
tahunnya mengindikasikan betapa responsifnya masyarakat dunia terhadap musibah
ini. Tsunami di Aceh telah menjadi contoh terbaik untuk dunia, betapa nilai
kemanusiaan begitu muncul di sini. Tidak hanya muslim, namun non muslim merasa
bertanggung jawab untuk membantu, menegaskan nilai-nilai kemanusiaan.
Memberi dan peduli terhadap sesama di
tengah perubahan iklim juga merupakan spirit ibadah terpenting. Hal ini merupakan wujud
implementasi dari kandungan ayat-ayat Alquran. Manusia harus membantu satu sama
lainnya sebagai makhluk sosial (zoon politicon). Memberi adalah wujud syukur kita kepada
Allah, terhadap betapa banyak nikmat yang Allah berikan kepada manusia.
Hari
ini kita bersyukur bahwa negeri kita masih Allah berikan keadaan yang aman dan damai. Mari bersyukur dan terus giat
beribadah baik hubungan dengan Allah (habl minallah) maupun manusia (habl
minan nas). Masjid-masjid yang telah dibangun dan renovasi mesti
diisi dengan memakmurkannya. Akhirnya kita mesti kembali mengambil spirit dari
surah Quraisy; ditengah musim dingin dan panas, Qurasy tetap melanjutkan
perdagangannya, dan Allah mengingatkan untuk selalu menyembah Allah dan menjaga
kakbah serta jaminan keamanan dari Allah. Sambutlah tahun baru dengan menyegarkan kembali jiwa kita, selagi ada waktu, mari terus menjaga
spirit ibadah kepada Allah Swt.
0 Komentar