Advertisement

Sekilas Kenangan Bersama Prof. Farid Wajdi

     Saya pernah mengenyam pendidikan S1 di IAIN Ar-Raniry Raniry; UIN tahun 2007 selama kurang lebih setahun sebelum melanjutkan studi ke Universitas Al Azhar Mesir. Kala itu tahun 2007 adalah tahun yang familiar dengan demo mahasiswa, terkait regulasi dan kebijakan. 

    Masa itulah saya mengenal pertama sekali  Prof Farid Wajdi, tepatnya ketika beliau berkhutbah  di masjid Fathul Qarib yang tidak jauh dari rumah kos saya, kos walet jalan teungku di blang dua. Ceramahnya sangat lantang dan menggebu gebu, kritikan terhadap generasi muda agar berbenah, apalagi ditengah terik matahari yang menyengat itu. 

    Saya kemudian melanjutkan studi ke Kairo, beliau saat itu telah menjadi Rektor UIN ar-Raniry. Sekitar tahun 2013 rombongan pimpinan UIN ar Raniry datang bersilaturahmi ke Mesir, di tengah puncak musim dingin. Secara kebetulan, saya kembali berjumpa dan berkomunikasi dengan almarhum Prof. Farid tepatnya di Masjid Al Azhar. Saya mencatat,  inilah komunikasi pertama dengan almarhum. 

    Rombongan tamu kala itu dibawa berziarah ke masjid al-Azhar. Saya ingat betul waktu itu azan ashar di masjid Azhar baru saja berkumandang. Dari rumah, tepatnya di Darbul Ahmar, saya menuju masjid berjalan kaki. 

    Dari pintu gerbang masjid yang penuh sejarah itu, terlihat ada Prof. Farid, posisinya di tengah halaman masjid bersama rekan dari mahasiswa Aceh. Lantas saya berjabat tangan dan memperkenalkan diri. Esoknya di sekretariat KMA, beliau memotivasi mahasiswa. Bicaranya hingga logatnya khas Aceh. 

    Hingga saya tidak tahan untuk tidak tertawa, lantas masuk ke kamar mandi untuk tertawa secara mandiri karena mendengar kelucuan ditambah khas bicara yang meu bak bak dari Prof. Farid. Ini kenangan yang sungguh sangat luar biasa tentu saja. 

    Tahun  2016 saya sudah kembali menjadi mahasiswa UIN di Pascasarjana. Lagi lagi Allah mempertemukan saya dengan Prof  Farid sebagai pengampu mata kuliah Khasanah pemikiran Islam. Saya bersyukur menjadi mahasiswa beliau. Gaya mengajar yang santai menambah gezah proses belajar. Apalagi jika mengajar kadang beliau memejamkan mata, sungguh bertambah khidmat rasanya. 

    Siang hari kemarin, 14 Agustus 2021,  publik Aceh dikagetkan dengan berita duka. Prof.  Farid sudah meninggal dunia. Innna lillahi wa innna ilaihi rajiun. Semua yang bernyawa pasti akan kembali ke hadiratNya. Sungguh beliau telah menyelesaikan misi besar di kehidupan dunia. Misi pengembangan ilmu dan dakwah dakwah kebaikan tersebut  mesti dilanjutkan  oleh kita hari ini yang masih hidup.

 

Azmi Abubakar 

Luengputu, 15 Agustus 2021. 

Posting Komentar

0 Komentar